FITNAH DI KALANGAN UMAT ISLAM


Fitnah bukan sekadar bermaksud mereka-rekakan dan menyebarkan keburukan yang orang lain tidak buat. Fitnah juga bermaksud bala, musibah, kesusahan, huru-hara dan yang seumpamanya. Fitnah melanda umat Islam lantaran mereka berpecah kepada berbagai-bagai puak samada disebabkan faktor geografi, keturunan atau ideologi dan fahaman. Ketaksuban kepada puak sendiri menyebabkan berlaku pergeseran besar di antara umat Islam. Satu puak tidak lagi melihat puak Islam yang lain sebagai saudara, malah puak yang berbeza itu dianggap sebagai musuh. Salah satu medan permusuhan yang besar ialah ideologi politik. Dalam medan politik itu laluan syaitan banyak terbuka. Pintu neraka juga terbuka. Adab dan kesopanan beragama diketepikan, malah akidah juga boleh dipinggirkan. Orang yang beriman hendaklah memelihara diri daripada fitnah politik atau lain-lain hal. Jangan sampai hak dan maruah orang beriman yang lain dijual lantaran mahu membela puak sendiri tanpa mengira benar atau salahnya.

Surah al-Ahzab 33/58: Dan orang yang menyakiti orang Mukmin dan Mukminat tanpa kesalahan yang mereka perbuat, sesungguhnya mereka telah memikul kebohongan dan dosa yang nyata.

Surah al-Hujurat 49/11:     Wahai orang yang beriman! Janganlah suatu kaum memperolokkan kaum yang lain, boleh jadi mereka (yang diperolokkan) lebih baik daripada mereka (yang memperolokkan), dan janganlah pula wanita (memperolokkan) wanita lain, boleh jadi mereka (yang diperolokkan) lebih baik daripada mereka (yang memperolokkan), dan janganlah kamu mencela diri kamu sendiri, dan janganlah kamu panggil memanggil dengan gelaran yang buruk. Seburuk-buruk nama (panggilan) ialah (panggilan) yang fasik (jelik) sesudah iman, dan sesiapa yang tidak bertaubat, mereka itulah orang yang zalim. 

Surah an-Nisa’ 4/148: Allah tidak menyukai perkataan yang buruk (disebarkan), kecuali (oleh) orang yang teraniaya. Dan Allah itu Maha Mendengar, lagi Maha Mengetahui.

Surah al-Hujurat 49/12:     Wahai orang yang beriman! Jauhilah kebanyakan daripada prasangka, sesungguhnya sebahagian prasangka itu dosa, dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain, dan janganlah sebahagian kamu mengumpat sebahagian yang lain. Apakah seseorang antara kamu suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu berasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah.  Sesungguhnya Allah adalah Tawwab (Maha Menerima taubat), lagi Rahim (Maha Mengasihani).
Sabda Rasulullah saw yang bermaksud: "Jauhilah kamu daripada sangkaan kerana ia sedusta-dusta bisikan hati, janganlah kamu mencari-cari kesalahan dan keaiban orang, janganlah kamu mendengar-dengar cerita orang, jangan kamu berlumba-lumba untuk menunjukkan kekuatan di antara satu sama lain, jangan kamu dengki-mendengki, benci-membenci, bermusuh-musuhan dan jadilah kamu semua hamba Allah yang bersaudara." (Hadis Riwayat Imam Malik, Bukhari, Muslim dan Abu Daud)

Dalam riwayat lain disebutkan Rasulullah saw bersabda: "Janganlah kamu putus silaturahim, jangan kamu bermusuhan, berdengkian dan jadilah kamu hamba Allah yang bersaudara. Dan tidak halal (haram) seorang Muslim tidak bertegur sapa saudaranya lebih daripada tiga hari." (Hadis Riwayat Tirmizi)

Abu Hurairah berkata: Rasulullah berkata kepada kami dengan mengatakan: "Wahai orang yang beriman dengan lidahnya, pada hal iman belum lagi masuk ke dalam hatinya, janganlah kamu mencari-cari keaiban orang Islam. Sesungguhnya siapa yang berbuat demikian, maka Allah akan membukakan keaiban dalam rumahnya." (Hadis Riwayat Abu Daud dan lain-lain)

Jika masih mencari-cari keaiban saudara Muslimnya itu tanda imannya baharu di lidah belum masuk ke dalam hati.

Abu Hurairah menceritakan bahawa Rasulullah pernah ditanya kalangan sahabatnya: "Apakah perbuatan mengumpat itu?" Jawab baginda: "Engkau menyebut mengenai saudaramu apa yang tidak disukainya." Lalu ditanya lagi: "Apa kata sekiranya apa yang kukatakan itu memang benar ada pada saudaraku itu?" Sabda baginda: "Jika sekiranya ada padanya apa yang engkau katakan itu, maka sesungguhnya engkau sudah mengumpatnya. Sekiranya apa yang engkau katakan itu tiada padanya, maka sesungguhnya engkau berdusta terhadapnya."

Dalam satu riwayat lain, baginda bersabda, maksudnya: "Setiap Muslim ke atas Muslim itu haram hartanya, kehormatan dan darahnya, cukuplah seseorang dikira jahat dengan menghina saudaranya seorang Islam." (Hadis Riwayat Tirmizi dan Abu Daud)

Surah al-Isra’ 17/84: Katakan: "Tiap-tiap orang beramal menurut keadaannya masing-masing. Maka Rabb (Tuhan)mu lebih mengetahui siapa yang lebih benar jalannya.” 

Walaupun kaum Muslimin berada di pihak-pihak yang bertentangan mereka masih juga berkewajipan memelihara hak saudara Muslim mereka yang lain. Dari Abu Musa r.a., katanya: Saya bertanya: “Ya Rasulullah, siapakah kaum Muslimin yang lebih utama?” Rasulullah s.a.w. menjawab: “Yaitu yang orang-orang Islam lainnya merasa selamat daripada gangguan lisannya serta dari tangannya.” [HR. Bukhari 2003]

Dalam sahih Bukhari pada hadith nombor 2227 disebutkan bahawa Nabi sallallahu 'alaihi wasallam telah bersabda yang bererti : "Barangsiapa yang melaknat seorang Mukmin maka itu seperti membunuhnya dan barangsiapa yang menuduh seorang Mukmin dengan kekafiran maka itu seperti membunuhnya."

"Tiga perkara berasal dari iman: (1) Tidak mengkafirkan orang yang mengucapkan “Laailaaha illallah” karena suatu dosa yang dilakukannya atau mengeluarkannya dari Islam karena sesuatu perbuatan; (2) Jihad akan terus berlangsung semenjak Allah mengutusku sampai pada saat yang terakhir dari umat ini memerangi Dajjal tidak dapat dirubah oleh kezaliman seorang zalim atau keadilan seorang yang adil; (3) Beriman kepada takdir-takdir."  [HR. Abu Dawud 2170]

Di saat Usamah, sahabat Rasulullah saw, membunuh orang yang sedang mengucapkan, “Laa ilaaha illallaah, ” Nabi menyalahkannya dengan sabdanya, “Engkau bunuh dia, setelah dia mengucapkan Laa ilaaha illallaah.” Usamah lalu berkata, “Dia mengucapkan Laa ilaaha illallaah karena takut mati.” Kemudian Rasulullah saw. bersabda, “Apakah kamu mengetahui isi hatinya?” [HR Bukhari 6364]

Mari kita perhatikan hadits Nabi saw yang diriwayatkan oleh Imam Muslim berikut ini: “Tidak ada seorangpun di antara kamu yang akan masuk surga lantaran amal ibadahnya. Para sahabat bertanya: ‘Engkau juga tidak wahai Rasulallah?’ Nabi menjawab: Saya juga tidak, kecuali kalau Allah melimpahkan kepadaku karunia dan rahmat kasih sayang-Nya”.

Dalam hadits lain yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari: “Barangsiapa bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah, menganut kiblat kita (ka’bah), shalat sebagaimana shalat kita, dan memakan daging sembelihan sebagaimana sembelihan kita, maka dialah orang Islam. Ia mempunyai hak sebagaimana orang-orang Islam lainnya. Dan ia mempunyai kewajiban sebagaimana orang Islam lainnya”.

Dari Amir bin Sa’ad r.a : Rasulullah saw bersabda, (Diringkaskan pada hadis yang panjang) “Aku memohon kepada Tuhanku supaya jangan membinasakan umatku dengan musim susah yang panjang, maka diperkenankan. Aku memohon supaya umatku jangan dibinasakan dengan bencana tenggelam (seperti terjadi pada kaum Nabi Nuh a.s dan Firaun) permohonanku itu diperkenankan-Nya juga. (Dalam lafaz lain, ‘Tidak ada satu kekuatan musuh yang dapat menghancurkan mereka (umat Islam) kecuali mereka sendiri walaupun musuh mereka bersatu mengelilingi mereka’-Rujukan Hadis [2463] dari Tsauban r.a). Aku memohon supaya umatku jangan dibinasakan kerana pertentangan sesama mereka. Permohonan ini tidak diperkenankan.” [2464] Sahih Muslim.

Umat Islam hanya dapat dibinasakan oleh orang Islam itu sendiri. Walau berkumpul musuh-musuh Islam mengelilingi umat Islam, maka umat Islam tidak akan tewas seluruhnya dan ini jaminan Allah Ta’ala. Selain itu umat Islam juga tidak akan hancur kerana bencana alam yang terjadi, ini juga jaminan Allah Ta’ala. Tetapi umat Islam akan tewas dan binasa kerana pertentangan sesama sendiri iaitu, umat Islam yang mengaku Islam, mencintai Rasulullah saw, membaca Al-Quran, bersolat dan sebagainya tetapi mempunyai akhlak yang buruk sehingga apabila berlaku perselisihan mereka melupakan kesatuan Islam dan berfatwa tanpa merujuk Al-Quran, Al-Sunnah dan para ulama yang berpegang kepada Al-Quran dan Al-Sunnah. Setelah terjadi demikian, maka umat Islam akan menjadi berkelompok dan berpuak-puak, sedangkan agama mereka satu dan Tuhan mereka Allah yang Esa dan penghulu mereka Rasulullah saw.

Dari Huzaifah bin Yaman r.a : (Diringkaskan dari hadis yang panjang) ... (Huzaifah r.a bertanya), ‘Apakah yang engkau perintahkan kepada saya kalau seandainya saya mendapati hal yang demikian (perkara buruk atau fitnah atau huru-hara yang terjadi). Jawab Nabi saw, “Hendaklah engkau tetap dalam jamaah kaum Muslimin dan mengikuti Imam (pemimpin) mereka.” Saya (Huzaifah r.a) bertanya, ‘Bagaimana kalau mereka tidak mempunyai jamaah (kesatuan) dan tidak mempunyai Imam (pemimpin)?’ Jawab Nabi saw, “Jauhilah semua kumpulan biarpun kerana itu engkau sampai menggigit urat-urat kayu sehingga engkau meninggal dalam keadaan itu.” [1873] Sahih Bukhari

Dari Abu Dzarr Radhiyallahu ‘anhu , Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Barangsiapa memanggil seseorang dengan kafir atau mengatakan kepadanya “hai musuh Allah”, padahal tidak demikian halnya, melainkan panggilan atau perkataannya itu akan kembali kepada dirinya”.[HR Muslim 93] Bukhari juga meriwayatkan.

Sabda Rasulullah saw, maksudnya: “Apabila seorang lelaki memanggil saudaranya: Wahai si kafir, ia akan patah balik kepada salah seorang dari keduanya. Kalau keadaannya seperti yang dikatakan (maka sungguh dia kafir ), namun jika tidak, ucapan itu akan kembali kepada orang yang mengucapkan.” (riwayat Bukhari dan Muslim)

Hadith riwayat At-Thabrani dalam Al-Kabir ada sebuah hadith dari Abdullah bin Umar dengan isnad yang baik bahwa Rasulallah saw. pernah memerintahkan: “Tahanlah diri kalian (jangan menyerang) orang ahli ‘Laa ilaaha illallah’ (yakni orang Muslim). Janganlah kalian mengkafirkan mereka karena suatu dosa”. Dalam riwayat lain dikatakan: “Janganlah kalian mengeluarkan mereka dari Islam karena suatu amal (perbuatan)”.

Hadith riwayat Bukhari dan Muslim dari Itban bin Malik ra berkata: “Ketika Nabi saw. berdiri sholat dan bertanya: Di manakah Malik bin Adduch-syum? Lalu dijawab oleh seorang: Itu munafiq, tidak suka kepada Allah dan Rasul-Nya. Maka Nabi saw. bersabda: Jangan berkata demikian, tidakkah kau tahu bahwa ia telah mengucapkan ‘Lailahaillallah’ dengan ikhlas karena Allah. Dan Allah telah mengharamkan api neraka atas orang yang mengucapkan Laa ilaaha illallah dengan ikhlas karena Allah”.

Hadith riwayat Bukhari da Muslim dari Abu Hurairah ra telah mendengar Rasulallah saw. bersabda : “Sungguh adakalanya seorang hamba berbicara sepatah kata yang tidak diperhatikan, tiba-tiba ia tergelincir ke dalam neraka oleh kalimat itu lebih jauh dari jarak antara timur dengan barat”.

Surah an-Nisa’ 4/94: Wahai orang yang beriman! Apabila kamu pergi (berperang) pada jalan Allah, maka telitilah dan janganlah kamu mengatakan kepada orang yang mengucapkan salam kepada kamu: “Kamu bukan orang Mukmin,” disebabkan kamu menginginkan kehidupan dunia, padahal di sisi Allah (terdapat) harta yang banyak. Begitu juga keadaan (kamu) dahulu, lalu Allah kurniakan nikmat kepada kamu, oleh itu telitilah. Sesungguhnya Allah adalah Maha Mengerti tentang apa yang kamu kerjakan.

Surah an-Najm 53/32: Orang yang menjauhi dosa besar dan perbuatan keji, kecuali yang sepintas lalu. Sesungguhnya Rabb (Tuhan) engkau amat luas keampunan-Nya. Dia lebih mengetahui tentang kamu tatkala Dia menimbulkan (menjadikan) kamu daripada bumi (tanah), dan tatkala kamu masih janin dalam perut ibu kamu. Maka janganlah kamu mengatakan diri kamu suci. Dia lebih mengetahui siapa yang bertakwa. 

Jadikanlah dunia ini sebagai bayangan syurga yang orang beriman saling sayang menyayangi.

Surah al-A’raf 7/42-43: Dan (perihal) orang yang beriman dan beramal salih, (sebenarnya) Kami tidak membebani satu diri melainkan sekadar kemampuannya, mereka itulah penghuni Taman (Syurga), mereka kekal di dalamnya. Dan Kami cabutkan (rasa) kedengkian daripada dalam dada mereka, mengalir sungai-sungai di bawah mereka, dan mereka berkata: “Segala puji untuk Allah yang telah memimpin kami kepada ini (Syurga), dan kami tidak sekali-kali akan mendapat petunjuk tanpa bimbingan Allah. Sesungguhnya telah datang para Rasul Rabb (Tuhan) kami dengan kebenaran.” Dan diserukan kepada mereka: “Itulah Taman (Syurga) diwariskan kepada kamu disebabkan apa yang telah kamu amalkan.”

Dari Ubadah ibn Assamit katanya: Aku mendengar Rasulullah saw bersabda : " Sesiapa yang memohon ampun untuk mukminin dan mukminat, Allah catatkan untuknya dengan setiap orang mukmin dan mukminah itu satu kebaikan ". Hadith riwayat at Thabarani. Al Haithami berkata : Sanadnya baik.

Surah Muhammad 47/19: Ketahuilah, sesungguhnya tidak ada Ilah (Tuhan) melainkan Allah, dan mohonkan keampunan bagi dosa engkau dan bagi Mukmin serta Mukminat. Dan Allah mengetahui tempat kamu berpindah dan tempat kamu menetap. 

“Tidak ada seorang muslim pun yang mendoakan kebaikan bagi saudaranya (sesama muslim) tanpa sepengetahuannya, melainkan malaikat akan berkata, “Dan bagimu juga kebaikan yang sama.” (HR. Muslim no. 4912)

Dalam riwayat lain dengan lafaz: “Doa seorang muslim untuk saudaranya (sesama Muslim) tanpa diketahui olehnya adalah doa mustajabah. Di atas kepalanya (orang yang berdoa) ada malaikat yang telah diutus. Sehingga setiap kali dia mendoakan kebaikan untuk saudaranya, maka malaikat yang diutus tersebut akan mengucapkan, “Amin dan kamu juga akan mendapatkan seperti itu.”

Kami redha Allah sebagai Tuhan kami, Islam sebagai Agama kami dan Muhammad saw sebagai Nabi dan Rasul kami.  
Ya Tuhan kami, maafkan kami dan hapuskanlah apa-apa (dosa) yang ada pada kami.
Semoga Allah memperbaiki urusan kaum muslimim dan menghindarkan mereka dari kejahatan orang-orang yang suka menggangu.  
Ya Allah, sesungguhnya kami memohon keredhaan dan syurga-Mu; dan kami memohon perlindungan-Mu dari kemarahan-Mu dan Api Neraka. 

Amin, Ya Rabbal ‘Aalamin.