AL-KHAWARIJ

Dari segi bahasa khawarij berarti orang-orang yang telah keluar. Istilah ini digunakan oleh kaum Muslimin ditujukan kepada satu puak daripada kaum Muslimin yang keluar dari barisan Ali ibn Abi Thalib ra karena mereka tidak bersetuju dengan keputusan Ali ra yang telah menerima tawaran tahkim (perundingan damai) dari puak Mu’awiyyah yang diketuai oleh Amr ibn Ash dalam Perang Shiffin (37H/657). Puak ini sendiri lebih suka menamakan diri mereka sebagai Syurah atau para penjual, yaitu orang-orang yang menjual (mengorbankan) jiwa raga mereka demi keridhaan Allah swt. Selain itu digunakan juga istilah lain yang ditujukan kepada mereka, seperti Haruriah, iaitu nama desa di Kufah, Harura. Dan ada juga yang menggunakan istilah Muhakkimah, karena kelompok ini sering mengaitkan diri mereka pada kalimat “la hukma illa lillah” (tidak ada hukum selain hukum Allah), atau “la hakama illa Allah” (tidak ada pengantara selain Allah).

Sebahagian besar ulama menganggap Khawarij sebagai pegangan batil yang pertama muncul dalam Islarn sebagaimana yang disebutkan oleh Ibnu Taimiyah dalam kitabnya Al Fatawa:  “Bid’ah yang pertama muncul dalam Islam adalah bid’ah Khawarij.”

Terdapat hadith-hadith yang kuat mengenai Khawarij sedangkan yang berkaitan dcngan Mu’tazilah dan Syi’ah atau yang lainnya hanya terdapat dalam Atsar (perkataan) Sahabat atau hadith lemah. Ini menunjukkan fitnah daripada puak Khawarij sudahpun ada pada masa Rasulullah saw. Khawarij masih ada sampai sekarang di daerah Oman dan Afrika Utara dan pemikiran serta pegangan yang selari dengannya berada di mana mana. Rasulullah saw menyuruh kita agar berhati hati terhadap pegangan serta fahaman puak yang demikian.

Di antara hadith-hadith yang membicarakan tentang ciri-ciri Khawarij ialah:
Dari Abi Said Al Khudri menceritakan: Tatkala kami bersama Rasulullah saw dan baginda saw sedang membagikan ghanimah Harta rampasan perang), datang Dzul Khuwaishirah salah seorang dari Bani Tamim dan berkata, “Wahai Rasulullah berbuat adillah!” Berkata Rasulullah saw., “Celaka! Siapa yang akan berbuat adil jika saya tidak berbuat adil? Nescaya saya celaka dan binasa jika saya tidak adil.” Berkata Umar bin Khattab, “Wahai Rasulullah! Izinkan saya memenggal lehernya.” Berkata Rasulullah saw., “Biarkanlah dia. Sesungguhnya dia mempunyai ramai teman, di mana dianggap remeh shalat di antara kalian dibanding shalat mereka, puasa kalian dibanding puasa mereka, mereka membaca Al Quran tidak sampai kecuali pada tenggorokan mereka. Mereka keluar dari Islam sebagaimana lepasnya anak panah dari busur.” (HR. Bukhari dan Muslim)

“Pada hari Hunain (selepas Perang Hunain) Rasulullah saw mengutamakan sebagian manusia dalam pembagian ghanimah. Beliau memberi Al Aqra bin Habis Al Handhali 100 unta, memberi Uyainah bin Badrul Fijari dengan jumlah yang serupa dan memberi para pembesar Arab, beliau mengutamakan mereka dalam pembagian. Maka berkata salah seorang, “Demi Allah, pembagian ini tidak adil dan tidak bertujuan untuk mencari ridha Allah!” (HR. Muslim)

Pada zaman Rasulullah saw sudah ada orang yang berani mempertikaikan keputusan baginda saw. Mereka menganggap Rasulullah saw hanyalah manusia biasa yang sama seperti manusia lain. Bezanya hanyalah baginda saw menerima wahyu. Apa yang bukan wahyu mereka anggap sebagai datang dari Rasulullah saw sendiri yang boleh dipersoalkan sebagaimana mempersoalkan pendapat orang lain.

Dalam riwayat yang lain: “Sesungguhnya dari keturunan ini ada kaum yang membaca Al-Quran yang tidak sampai kecuali pada kerongkongan, mereka membunuh orang Islam dan membiarkan penyembah berhala, mereka keluar dari Islam sebagaimana lepasnya anak panah dari busurnya, jika saya menjumpai mereka pasti akan saya bunuh mereka seperti membunuh kaum Aad.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Mereka yang membantah Rasulullah saw tidak kuat pengaruhnya semasa baginda saw masih hidup. Tetapi puak itu akan menjadi lebih kuat setelah baginda saw wafat. Mereka membaca Quran tetapi Quran hanya menjadi perbendaharaan ilmu tidak sampai kepada penghayatan hati. Mereka menganggap orang Islam yang tidak sependapat dengan mereka lebih sesat daripada penyembah berhala. Justeru mereka menghalalkan darah orang Islam dan mereka sangat bertolak ansur dengan orang kafir. Jika Rasulullah saw masih hidup nescaya baginda saw memerangi puak tersebut dsn membunuh mereka kerana kemudaratan dari mereka sangat besar kepada umat Islam.

Puak yang disebutkan oleh Rasulullah saw itulah menjadi golongan pemberontak yang membunuh Khalifah umat Islam, Uthman ra. Selepas Uthman ra dibunuh umat Islam membai’at Ali ra termasuk sebagian besar orang orang yang telah membunuh Utsman ra. Sementara itu Zubair bin Awwam ra, Abdurrahman bin Auf ra, bonda kaum Muslimin Aisyah ra, dan sahabat yang lain keluar dan menuntut pembelaan terhadap Utsman ra. Ali ra berkata, “Saya setuju dengan pendapat anda, tapi mereka sangat banyak dan bercampur dalam pasukan kami.” Ali ra mahuk masalah Khalifah diselesaikan dahulu baru menyelesaikan orang orang yang membunuh Uthman ra. Kemudian antara pihak Ali ra dan bonda kaum Muslimin Aisyah ra mencapai kesepakatan bahwa mereka tidak akan berperang kecuali untuk menuntut pembunuh Uthman ra, tapi orang orang yang membunuh Uthman ra membuat fitnah lagi dalam Perang Jamal. Mereka memisahkan diri mereka menjadi dua puak, satu puak bersama Ali ra dan satu puak lagi bersama bonda kaum Muslimin Aisyah ra. Kedua puak itu saling melempar lembing, dan mereka mengatakan bahwa Ali ra telah berkhianat dan Ummul Mukminin Aisyah ra telah berkhianat, maka terjadilah apa yang terjadi dalam Perang Jamal.

Mereka juga menyertai pasukan Alira dalam Perang Shiffin. Sebelum perang berlaku diadakan perundingan di antara utusan Ali ra dengan Muawiyah bin Abi Sofyan. Utusan Ali ra bertanya kepada Muawiyah: “Apakah anda memerangi Ali karena anda ingin menjadi khalifah?” Muawiyah berkata, “Saya tahu diri saya. Saya tahu diri saya jauh lebih rendah daripada Ali, dan tidak ada dalam kepala saya keinginan menjadi khalifah. Saya keluar berperang untuk menuntut darah Uthman.” Utusan Ali ra bertanya lagi: “Apa betul anda tidak ingin menjadi khalifah?” Berkata Muawiyah, “Andaikata Ali menyerahkan pembunuh Uthman nescaya saya orang yang pertama berbai’at.” Tetapi suasana dikacaukan oleh orang orang tadi yang akhirnya terjadi Perang Shifiin.

Ketika pihak Muawiyah hampir kalah, Amru bin Al Ash mencadangkan agar diletakkan mushaf di hujung pedang sebagai tanda ingin berunding. Ali ra tahu bahwa ini tipu daya tetapi orang orang Khawarij berkeras meminta Ali ra menerimanya bahkan memaksa dan mengancam: “Jika engkau menolak, kami akan memperlakukan anda sebagaimana kami memperlakukan Utsman dan kami akan membunuh anda sebagaimana kami telah membunuh Utsman.”

Akhirnya Ali ra menerima untuk diadakan tahkim dengan puak Muawiyah. Ketika Ali ra. tahu pihak Muawiyah mengutus Amru bin Al Ash, seorang yang diketahui ahli diplomasi, maka Ali ra mahu mengutuskan Abdullah bin Al Abbas. Tapi orang Khawarij membuat onar dan berkata, “Kalau anda mengutus Ibnu Abbas apa bedanya anda dengan Uthman. Kami memerangi Uthman karena dia selalu mengangkat keluarganya sendiri. Sekarang anda mengutus Ibnu Abbas, keluarga anda sendiri.” Mereka meminta yang menjadi utusan dari pihak Ali ra adalah Abu Musa Al Asy’ari, tokoh tokoh yang tidak berpihak kepada mana-mana puak. Tapi Ali ra tahu Abu Musa bukanlah orang yang sesuai kerana dia terlalu lurus, tidak mampu menghadapi kelicikan Amru bin Al-Ash. Khawarih tetap berkeras dan mengancam Ali ra sehingga Ali ra terpaksa tunduk kepada mereka.
 
Kemudian setelah tahkim selesai dengan hasil yang sangat merugikan Ali ra rmasalah belum juga selesai. Orang Khawarij membuat onar lagi dengan mengkafirkan Ali ra dengan berkata: “Anda telah kafir karena anda telah menyerahkan urusan tahkim kepada orang dalam hukum Allah. Tiada yang berhak menghukum melainkan Allah.” Dan mereka keluar dari pasukan Ali ra. Jumlah mereka seramai 12.000 orang.

Fitnah Khawarij banyak terjadi sekarang. Rasulullah saw sudahpun memberikan peringatan. Ibnu Abbas menceritakan beberapa ciri ciri Khawarij, di antaranya: Mereka sangat wara’, pakaiannya sangat sederhana, muka mereka pucat karena jarang tidur malam, dahinya hitam, telapak tangan dan kakinya kasar, dan meraka disebut qura’ yaitu orang yang bagus bacaannya dan lama bila membaca Al-Qur’an. Keterampilan yang demikian menyebabkan orang ramai mudah menganggap merekalah golongan Islam yang sebenarnya melaksanakan amalan Islam.

Rasulullah saw memberi peringatan tentang fitnah Khawarij:
“Akan keluar di akhir zaman suatu kaum yang usia mereka masih muda, dan jahil, mereka mengatakan sebaik baik perkataan manusia, membaca Al Quran tidak sampai kecuali pada kerongkongan mereka. Mereka keluar dari din (agama Islam) sebagaimana anak panah keluar dan busurnya.” (HR. Bukhari dan Muslim)

 “Suatu kaum dari umatku akan keluar membaca Al Quran, mereka mengira bacaan Al-Quran itu menolong dirinya padahal justru membahayakan dirinya. Shalat mereka tidak sampai kecuali pada kerongkongan mereka.” (HR. Muslim)

 “Mereka baik dalam berkata tapi jelek dalam berbuat, mengajak untuk mengamalkan kitab Allah padahal mereka tidak menjalankannya sedikitpun.” (HR. Al-Hakim)

 “Mereka akan senantiasa keluar sampai pada yang terakhir bersama Al-Masih Ad-Dajjal. Jika kalian bertemu mereka, maka bunuhlah; merekalah sejelek-jelek penciptaan dan sejelek-jelek makhluk.” (HR. An-Nasa’i dan Al-Hakim)

Dari Hadith-hadith dan perkataan para sahabat ciri-ciri Khawarij boleh dikenali:

1. Mereka menuduh Rasulullah saw tidak adil dalam pembahagian harta rampasan perang. Kalau terhadap Rasulullah saw sendiri mereka berani menuduh demikian, apalagi terhadap Muslim yang lainnya. Mereka mudah menghukumkan orang Islam yang tidak seepndapat dengan mereka sebagai kafir. Mereka mengkafirkan Ali ra, Muawiyah ra, dan sahabat yang lain. Mereka menuduh Othman ra mengamalkan nepotisma, mengutamakan keluarga sendiri. Mereka juga menuduh Ali ra sebagai tidak ada kewibawaan sebagai pemimpin.
2. Mereka sangat berlebih-lebihan dalam ibadat seperti yang diceritakan oleh Ibnu Abbas. Mereka adalah orang yang sangat sederhana, pakaian mereka sampai terlihat serat seratnya karena cuma satu dan sering dicuci, muka mereka pucat kerana kurang tidur malam, dahi mereka hitam kerana lama dalam sujud, tangan dan kaki mereka kesat. Mereka disebut quro’ karena bacaan Al-Qurannya bagus dan lama. Rasulullah saw sendiri membandingkan ibadah orang orang Khawarij dengan sahabat yang lainnya, termasuk Umar bin Khattab, masih tidak menyamai mereka, apalagi kalau dibandingkan dengan orang Islam yang lain. Ini menunjukkan betapa sangat berlebih lebihannya ibadat mereka.
3. Mereka sangat keras terhadap orang Islam tetapi berlembut dengan yang bukan Islam. Rasulullah saw memberitahu mereka mudah meneysatkan dan membunuh kaum Muslimin tetapi bertoleransi dengan penyembah berhala. Ibnu Abdil Bar meriwayatkan, “Ketika Abdullah bin Habbab bin Al Arti berjalan dengan isterinya bertemu dengan orang Khawarij dan mereka meminta kepada Abdullah untuk menyampaikan hadith hadith yang didengar dari Rasulullah saw, kemudian Abdullah menyampaikan hadits tentang terjadinya fitnah:  “Yang duduk pada waktu itu lebih baik dari yang berdiri, yang berdiri lebih baik dari yang berjalan….” Mereka bertanya, “Apakah anda mendengar ini dari Rasulullah?” Abdullah menjawab, “Ya.” Mereka terus membunuh Abdullah. Dan isterinyajuga dibunuh dengan mengeluarkan janin dari perutnya. Dalam kisah lain, ketika mereka berada di Kuffah mereka melihat babi terus mereka membunuhnya. Kemudian mereka diberitahu babi itu milik kafir zimmi, lalu orang yang membunuh babi tadi mencari pemilik babi tersebut, meminta maaf dan membayar tebusan.
4. Hadith menceritakan ramai daripada mereka terdiri daripada orang-orang muda yang jahil tetapi bersemangat. Justeru golongan ini mudah menurut sahaja apa yang mereka terima.
5. Ramai daripada mereka mengajak orang ramai kepada Islam, kepada mengamalkan al-Quran tetapi mereka sendiri tidak mengamalkannya dan tidak memahaminya. Mereka berasa bahwa Al Quran akan akan menjadi penolong di akhirat, padahal sebaliknya.
6. Rasulullah saw menyebut: “Mereka keluar dari Islam sebagaimana anak panah keluar dari busurnya.” Dan juga: “Mereka akan senantiasa keluar sampai yang terakhir keluar bersama Al Masih Ad Dajjal”
7. Di dunia disebut sebagai seburuk-buruk makhluk dan di akhirat disebut sebagai anjing neraka.
8. Rasulullah saw mengajarkan supaya kaum Muslimin berlaku keras terhadap puak Khawarij: “Jika engkau bertemu dengan mereka, maka bunuhlah mereka.”

Sejarah pun telah membuktikan banyak umat Islam yang sudah terjatuh pada fitnah Khawarijisme. Di Mesir pada tahun 60 an banyak kelompok yang keluar dari jama’ah yang benar dan menuduh pemimpinnya lemah, bahkan menuduh sesama Muslim sebagai kafir.
Ulama yang hendak berhujah dengan puak Khawarij mestilah memiliki ilmu dan kebijaksanaan seperti yang ditunjukkan oleh Ali ra. Pada saat Ali r.a. menghadapi mereka, beliau ra bertanya, “Apa yang anda rasa berat dari saya?” Mereka menjawab, “Karena anda menyerahkan hak menghukum kepada manusia, padahal tidak ada yang berhak rnenghukum kecuali Allah.” Jawab Ali, “Apakah jika saya mendatangkan dengan dalil Al Quran kepada anda, anda akan kembali?” Mereka menjawab, “Kenapa tidak?” Maka Ali mengambil dalil dari Al Quran surat An Nisa ayat 35 yang artinya, “Dan jika kamu khawatirkan ada persengketaan antara keduanya, maka kirimlah seorang hakim dari keluarga laki laki dan seorang hakim dari keluarga perempuan. Jika kedua orang hakim itu bermaksud mengadakan perbaikan, niscaya Allah memberi taufik kepada suami istri itu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” “Kalau pada masalah pernikahan saja Allah membolehkan mengambil hakim dari manusia apalagi masalah Khilafah!” Maka sebanyak 4.000 orang dari Khawarij bertaubat.

Ibnu Abbas juga telah menunjukkan kebijaksanaannya menghadapi orang orang Khawarij. Ali ra mengutusnya untuk menghadapi Khawarij, maka Ibnu Abbas bertanya pada mereka, “Hal apakah yang membuat anda dendam kepada Ali?” Mereka menjawab, “Ada tiga, pertama, dalam hal agama Allah, Ali bertahkim pada manusia; kedua, ia berperang tapi tidak menawan pihak musuh dan tidak mengambil harta rampasan; ketiga, waktu bertahkim ia rela meninggalkan keamirannya.” Maka jawab lbnu Abbas, “Mengenai bertahkim pada manusia apa salahnya, kemudian beliau membacakan ayat 95 dari surat AI Maidah. Tentang ucapan anda, ia berperang tidak melakukan penawanan, apakah anda mahu agar Aisyah, isteri Rasulullah saw., jadi tawanan? Adapun Ali menanggalkan kekhalifahannya, Ali mencontoh Rasulullah saw. pada saat perjaniian Hudaibiyah.” Demikianlah setelah Ibnu Abbas menyelesaikan dialognya dengan sangat bijaksana, sekitar 20.000 orang Khawarij bertaubat.

Surah al-Maaidah 5/95:    Wahai orang yang beriman! Janganlah kamu membunuh binatang buruan ketika kamu berihram, dan sesiapa membunuhnya dengan sengaja dendanya ialah binatang ternak seumpama yang dibunuh, yang diputuskan oleh dua orang yang adil di kalangan kamu, sebagai korban buat disampaikan ke Ka’abah, atau dendanya memberi makan orang miskin, atau digantikan yang demikian itu dengan berpuasa, supaya dia merasai akibat perbuatannya. Allah telah memaafkan apa yang telah lalu tetapi sesiapa mengulanginya, maka Allah akan menyeksanya. Dan Allah adalah Maha Perkasa, lagi Memiliki kuasa membalas.

Begitu juga Umar bin Abdul Aziz melakukan yang serupa dimana pada masa daulah Bani Umayyah yang paling membahayakan adalah orang orang Khawarij. Bahkan daulah punya pasukan khusus untuk menghadapi mereka yang dipimpin oleh Al Muhalab bin Abi Shufroh. Suatu saat Umar berdialog dengan salah seorang dari mereka yang bernama Al Bistom dan berkata, “Kami siap kembali kepada anda dengan syarat Anda bertaubat dan melaknati Bani Umayyah.” Umar berkata, “Baiklah, apakah hal ini ada sanad tarikhnya bahwa orang yang bertaubat harus melaknati nenek moyangnya?” Umar melanjutkan, “Apakah anda pernah melaknati iblis dan Fir’aun? Mengapa anda menyuruh saya untuk melaknati orang yang kemungkinan lslamnya masih besar?”

Ulama yang arif perlu menangani isu Khawarij secara baik dan kebijaksanaan. Kebaikan cara dan kebijaksanaan Ali terbukti ketika ditanya, “Apakah Khawarij itu kafir?” Jawab Ali, “Mereka adalah orang yang berusaha lari dari kekafiran.” “Apakah mereka munafik?” Jawab Ali, “Orang munafik tidak menyebut Allah kecuali sedikit, padahal mereka orang yang banyak menyebut nama Allah.” Membawa mereka kembali kepada jemaah Muslimin lebih utama dilakukan. Jika usaha demikian tidak berjaya baharulah mereka dihadapi dengan ketegasan.

Kebanyakan daripada mereka (termasuklah ulama mereka) adalah orang yang berfikiran ringkas (simple-minded). Mereka mudah diperdayakan oleh orang yang licik. Pernah berlaku kepada Amru bin Ubaid, salah seorang tokoh Mu’tazilah. Amru telah melalui perkampungan Khawarij dengan teman temannya dan dihadang oleh mereka seraya berkata, “Mana kawan kawan anda, tadi kelihatan ramaik?” Jawab Amru dengan membaca ayat 6 surat At Taubah, “Kami orang yang musyrik yang meminta perlindungan agar dapat mendengar firman Allah.” Mereka menjawab: “Boleh, kami melindungi anda sekalian. Pergilah, anda mendapat perlindungan.” Tapi Amru berasa belum aman karena perkampungan Khawarij masih panjang, maka dia berkata, “Tidak begitu. Hantarkanlah kami ke tempat yang aman.” Maka orang orang Khawarij tadi menghantarkannya. Peristiwa ini menunjukkan pemikiran orang-orang Khawarij yang sangat sederhana yang mengakibatkan mudah diperdaya dengan logika yang sangat sederhana. Sehingga untuk menghadapi mereka, diperlukan cara yang tepat dan tidak perlu logika yang berat berat. Orang yang memahami pemikiran dan jiwa mereka mudah memanupalasikan mereka.

Surah at-Taubah 9/6: Dan jika ada seseorang dari kalangan musyrik itu (datang) meminta perlindungan kepada kamu, lindungilah dia sehingga dia mendengar firman Allah. Kemudian hantarkannya ke tempat yang aman baginya. Demikian itu adalah kerana mereka itu satu kaum yang tidak mengetahui.
Memerangi mereka adalah cara terakhir jika didapati benar-benar perlu. Melindungi keselamatan orang ramai dan keamanan dalam negara lebih utama daripada menjaga hak satu kumpulan tertentu.

Ringkasan pegangan Khawarij

1. Menganggap kafir orang Islam yang tidak mengikut fahamann mereka.
2. Orang Islam yang melakukan dosa besar seperti berzina dan membunuh adalah kafir dan masuk neraka selamanya.
3. Hak khilafah tidak semestinya dari kerabat Nabi atau suku Quraisy khususnya, dan orang Arab umumnya. Seorang khalifah hendaklah dipilih oleh kaum Muslimin melalui pemilihan yang bebas.
4. Khalifah yang taat kepada Tuhan wajib ditaati. Sebaliknya, khalifah yang mengingkari Tuhan dan umat yang derhaka kepada khilafah yang wajib ditaati, boleh diperangi dan dibunuh.
5. Hanya daerah mereka yang disebut dar al-Islam, dan daerah orang yang melawan mereka adalah dar al-harb (daerah penentang Islam). Orang yang tinggal dalam wilayah dar al-harb, baik anak-anak maupun wanita, boleh dibunuh.
6. Ajaran agama yang harus diketahui hanya ada dua, yakni mengetahui Allah dan Rasul-Nya. Selain dua hal itu tidak wajib diketahui.
7. Melakukan taqiyyah (menyembungikan keyakinan demi keselamatan diri), baik secara lisan maupun perbuatan adalah dibolehkan bila keselamatan diri mereka terancam.